“Ah mama !! Kenapa sih saya harus melakukannya ?”
Salah satu keprihatian terbesar yang sering didengar dari orangtua adalah,
“Bagaimana caranya memotivasi anak-anak?” Sebagai orangtua, kita ingin
anak-anak kita menjadi yang terbaik. Kita ingin mereka terdorong untuk belajar,
berprestasi dan sukses dalam hidup mereka. Tetapi betapa pun baiknya maksud kita, banyak anak tidak mempunyai motivasi yang sama dengan kita.
Percaya atau tidak, apabila anak
termotivasi, maka anak akan melakukan yang terbaik dengan hati yang gembira.
Nah, apakah
motivasi itu?
Motivasi adalah dorongan dari
dalam yang membuat kita melakukan sesuatu. Motivasi mungkin berasal dari
keinginan pribadi atau mungkin berasal dari luar. Bila kita memotivasi orang
lain, berarti kita menginspirasikan harapan di
dalam diri orang tersebut. Kita mendorong dia untuk bertindak atau mendorongnya
untuk maju.
Menurut Carol Dweck, seorang
psikolog, "Dalam menentukan
kesuksesan, motivasi seringkali lebih penting daripada kemampuan awal."
Bila
anak-anak memiliki motivasi, anak-anak akan merasa gembira mempelajari atau mencapai sesuatu. Mereka akan bersemangat mengerjakan tugas yang
diberikan, baik di rumah maupun di sekolah. Bila mereka terbentur pada rintangan,
mereka tidak menyerah hanya karena menghadapi
tantangan yang sulit. Sebaliknya, ada semangat yang berkobar di hati mereka
untuk terus maju.
Bagaimana kita – sebagai orangtua dapat menolong anak-anak agar tetap
termotivasi untuk menghadapi setiap tantangan yang menghadang? Bagaimana kita
dapat memperlengkapi mereka untuk mencapai semua rencana mereka yang indah?
Bagaimana caranya agar kita dapat memperbesar motivasi mereka dan
bukan memadamkannya?
Ada beberapa unsur pembangun
motivasi, sebagai berikut :
1. Hubungan
Anak-anak yang termotivasi
cenderung mempunyai hubungan yang erat dan saling mengasihi dengan orangtua
mereka. Bila hubungan orangtua dan anak lemah, maka tidak akan menghasilkan
anak-anak yang mempunyai motivasi dan senang belajar. Kebutuhan emosial yang
tidak terpenuhi dapat menghalangi anak-anak untuk belajar. Anak yang haus kasih
sayang, penerimaan, dan perhatian dari orangtuanya tidak mempunyai cukup
kekuatan untuk menghadapi tantangan di sekolah dan kehidupan.
“Dengan mempunyai kepercayaan
kepada orang tua mereka, anak-anak mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri
dan kepada orang lain, dan mereka dapat hidup dengan cara yang bijaksana.” - Dr. Yamamoto-
Ketika jalur komunikasi antara
orang tua dan anak terbuka, maka minat belajar dan motivasi meningkat.
Untuk mengembangkan hubungan yang
erat dan saling mengasihi dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan
bersama-sama, saat itu bisa menjadi
kesempatan untuk membicarakan tekanan teman sebaya, teman-teman pria atau
wanita, iman dan berbagai topik lainnya yang lazim dialami anak-anak dalam masa
pertumbuhan menjadi dewasa. Orangtua perlu menemukan menemukan minat atau
kesenangan yang sama yang dapat dilakukan orang tua anak.
2. Teladan yang baik
Teladan yang kita berikan
merupakan motivator yang kuat karena anak-anak terutama belajar dengan meniru.
Sebagai orangtua, kita mengirimkan pesan yang paling kuat melalui tindakan
kita.
"Motivasi muncul lebih
banyak dalam kehidupan sehari-hari bersama orang tua yang mempunyai semangat
intelektual dan menunjukkan kegembiraan dalam mempelajari buku-buku, gagasan,
bilangan - ini sangat menular!" kata Dr. Arthur M. bodin.
"Tidak ada yang lebih
memotivasi selain daripada melihat orang tua yang menikmati apa yang
dilakukannya."- Jennifer Jacobson- pakar pendidikan dan perkembangan anak
dari Cumberland, Maine.
Bahkan dalam kesalahan pun, kita
dapat menjadi contoh yang baik. Kesediaan kita untuk mengakui kesalahan dan
belajar dari kesalahan itu penting di mata anak-anak.
Tanyakan kepada diri kita sendiri
: Sebagai orangtua, seberapa baik saya menyikapi kegagalan? Seberapa tekun saya
mengatasi rintangan, keterlambatan, dan kekecewaan di dalam kehidupan
sehari-hari? Pertanyaan ini penting karena perannya yang sangat penting dalam
memotivasi anak-anak kita.
3. Harapan
Anak-anak yang sukses dan dapat
mengatasi rintangan di sekolah dan kehidupan sehari-hari biasanya memiliki satu
pengalaman yang sama: Mereka mempunyai setidaknya satu orang yang menaruh
harapan terhadap mereka dan memberikan
dukungan dan kerangka untuk impian mereka. Anak-anak, semua umur, membutuhkan
orang tua, guru dan pelatih yang mempercayai mereka, mendukung mereka, dan
mengharapkan mereka melakukan yang terbaik.
Harapan menyiratkan suatu
kepercayaan tentang suatu apa yang akan terjadi atau apa yang akan dilakukan
seseorang di masa depan. Harapan mengandung kuasa untuk memperkirakan dan
menghasilkan sesuatu.
“Keyakinan dan harapan yang
didasarkan pada potensi anak kita (BUKAN potensi kita) bahwa anak akan
sukses, sering membawa kepada kesuksesan.” – Dr. David Lowenstein.
4. Sudut pandang yang sehat
Survey membuktikan bahwa salah
satu fokus dan yang menjadi kekhawatiran orangtua terhadap anak adalah nilai di
sekolah. Sehingga orang tua yang ingin anak-anaknya sukses, tanpa disadari
dapat menambah stress dengan menuntut nilai rapor yang tinggi.
Dr. David Elkind, psikolog di
Tufts University, berkata "Bila menekankan nilai, kita dapat mematikan
motivasi anak. Tetapi bila anak-anak melihat kita sendiri gemar membaca,
mengajukan pertanyaan, memberikan contoh dalam hal belajar dan haus
pengetahuan, maka secara alamiah anak-anak akan meniru."
Orangtua perlu memiliki sudut
pandang yang benar bahwa rapor bukanlah segalanya dalam kehidupan, tetapi ada faktor
lain yang jauh lebih penting yang sangat menentukan kesuksesan seseorang daripada
nilai-nilai di buku rapor, yaitu : kreativitas, komitmen terhadap tugas,
ketekunan, inisiatif, keinginan yang membara, minat yang besar atau kerinduan
yang memuncak.
Daripada berfokus pada nilai,
kita perlu menyampaikan kepada anak, bahwa proses belajar itu sendiri penting
dan berharga.
( Sumber : Raising Motivated Kids
– Cheri Fuller )
No comments:
Post a Comment