Memiliki
anak yang menginjak usia remaja seringkali menimbulkan banyak ketakutan pada
orang tua. Antara lain ketakutan akan dampak pergaulan bagi remaja, kesaksian
media massa cetak dan elektronik menunjukkan bahwa setiap hari ada saja berita
tentang remaja, seperti tindakan kriminal, tawuran, ng-geng, mengkonsumsi
obat-obatan terlarang, kecanduan narkoba atau minuman keras, dan sebagainya.
Kehidupan remaja tampak demikian rentan dari berbagai pengaruh buruk.
Mengingat
semua itu sebaiknya sebagai orangtua memahami apa yang sepatutnya dilakukan
terhadap remaja. Ada dua sikap ekstrim yang cenderung dilakukan oleh orangtua.
Satu
sisi, orangtua yang bersikap terlalu keras atau mengekang, melarang anak dengan
ketat dan memberikan hukuman jika terjadi pelanggaran. Tetapi di sisi lain, ada
orangtua yang membiarkan atau memberikan kebebasan pada anaknya, tidak ada
kontrol dan orangtua tidak peduli dengan apa pun yang dipilih anaknya. Nah,
keduanya adalah sikap yang tidak sehat.
Orangtua
perlu memahami bahwa kehidupan masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan
yang penuh dengan masa kritis. Masa remaja menjadi satu masa transisi paling
sulit dalam hidup, yakni tahun-tahun paling genting bagi perkembangan mental
seseorang. Sikap orangtua yang tepat akan sangat mendukung anak kita menghadapi
masa tersulit dalam kehidupannya ini.
Rahasia
dari orangtua yang berhasil adalah mengenali anaknya dengan baik. Orangtua
perlu memahami apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan anaknya. Untuk itu,
marilah kita memahami anak remaja, maka kita akan mampu memperlakukan anak
dengan benar, khususnya ketika mereka sedang remaja.
Pertama,
pada masa remaja, keingintahuan anak sangat tinggi. Anak remaja ingin
memperoleh penjelasan yang dapat diterima dengan akal mereka. Oleh karena itu,
orangtua perlu memberikan kesempatan kepada remaja untuk bertanya dan juga
berdiskusi mengenai berbagai hal yang baru dilihat, dipikirkan dan dirasakan
oleh remaja. Melalui dialog dengan orangtua,
remaja akan menemukan jawaban demi jawaban dan hal ini juga membuat anak merasa
diterima serta dihargai di rumah sendiri. Apabila orangtua tidak menyediakan
ruang untuk berdiskusi dengan remaja, maka mereka akan memuaskan rasa ingin
tahu mereka dengan mengakses informasi dari berbagai sumber yang beraneka
ragam, seperti media masa, buku, dunia maya internet, dan pergaulan.
Kedua, remaja
memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri. Menilai
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, kualitas positif serta negatif,
semua potensi yang dimilikinya dan juga keterbatasannya. Kaum remaja dibanjiri
banyak sekali pertanyaan. Siapakah aku? Apakah penampilanku baik-baik saja? Apa
yang terjadi dengan tubuhku? Apa yang akan aku lakukan dalam hidupku? Apakah
aku akan sukses atau gagal? Apakah orang lainmenyukaiku? Apakah aku normal? Hal
ini mempengaruhi jati diri anak remaja. Nah, peran orangtua memegang kunci dan
posisi strategis dalam memberitahukan tentang siapa diri anaknya. Komentar yang
negatif dan tidak konsisten dari orangtua sangat berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri yang negatif pula pada remaja.
Selain
itu, terdapat kecenderungan kuat, bahwa jika anak merasa tidak berharga dan
tidak dikasihi di tengah keluarganya, ia akan bertumbuh menjadi remaja yang
berpandangan negatif tentang dirinya sendiri. Kehidupan keluarga yang hangat
memiliki hubungan langsung dengan kualitas kepribadian remaja, termasuk
pandangan anak tentang bagaimana dan siapa dirinya.
Ketiga,
pada masa remaja anak mulai belajar membagikan dirinya kepada lebih banyak
orang, pergaulannya semakin luas. Nah, di sini orangtua perlu memberi ruang
bagi anak untuk memperluas pergaulannya, tetapi juga perlu mengajarkan anak
bersikap selektif dan memiliki kriteria yang jelas dalam memilih teman yang
benar. Pada masa ini, jika remaja memiliki komunitas yang sehat, maka mereka
memiliki peluang untuk menjadi pribadi yang baik, karena pergaulan yang buruk
bisa menjerumuskan remaja pada perilaku agresif dan berbahaya. Bahkan hubungan
yang baik memberi dampak pada kesehatan mental anak, pembentukan karakter,
sosialisasi, bahkan landasan hubungan dalam pernikahan kelak. Oleh karena itu
alangkah baiknya orangtua memotivasi anak remaja untuk mengikuti aktivitas yang
membangun, seperti melayani di persekutuan remaja, klub olahraga, klub sanggar
dan sebagainya.
Nah, satu
lagi yang penting adalah pergolakan pada usia remaja bukan semata-mata
disebabkan oleh sikap dan tindakan para remaja, tapi seringkali juga oleh
pikiran, keinginan, sikap dan tindakan orangtua. Reaksi negatif orangtua
terhadap remaja biasanya disebabkan karena orangtua tidak memahami fase remaja
ini.
Kita yang
berkesempatan menjadi orangtua mendapatkan mandat mulia dari Tuhan untuk
mendidik anak kita. Seperti yang tertulis dalam Amsal 22:6, “Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.”
Tugas
orangtua adalah mendidik, tetapi kenalilah anak agar dapat mendidik dengan pas.
Oleh sebab itu, orangtua juga hendaknya tidak pernah berhenti belajar. Bacalah
buku-buku parenting, ikutilah seminar dan workshop yang memperlengkapi orangtua !!
(Sumber : Memahami Remaja & Pergumulannya - Paul Gunadi)
No comments:
Post a Comment