Friday, March 20, 2015

Anakku sudah REMAJA ?


Memiliki anak yang menginjak usia remaja seringkali menimbulkan banyak ketakutan pada orang tua. Antara lain ketakutan akan dampak pergaulan bagi remaja, kesaksian media massa cetak dan elektronik menunjukkan bahwa setiap hari ada saja berita tentang remaja, seperti tindakan kriminal, tawuran, ng-geng, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan narkoba atau minuman keras, dan sebagainya. Kehidupan remaja tampak demikian rentan dari berbagai pengaruh buruk.

Mengingat semua itu sebaiknya sebagai orangtua memahami apa yang sepatutnya dilakukan terhadap remaja. Ada dua sikap ekstrim yang cenderung dilakukan oleh orangtua.
Satu sisi, orangtua yang bersikap terlalu keras atau mengekang, melarang anak dengan ketat dan memberikan hukuman jika terjadi pelanggaran. Tetapi di sisi lain, ada orangtua yang membiarkan atau memberikan kebebasan pada anaknya, tidak ada kontrol dan orangtua tidak peduli dengan apa pun yang dipilih anaknya. Nah, keduanya adalah sikap yang tidak sehat.

Orangtua perlu memahami bahwa kehidupan masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan yang penuh dengan masa kritis. Masa remaja menjadi satu masa transisi paling sulit dalam hidup, yakni tahun-tahun paling genting bagi perkembangan mental seseorang. Sikap orangtua yang tepat akan sangat mendukung anak kita menghadapi masa tersulit dalam kehidupannya ini.
Rahasia dari orangtua yang berhasil adalah mengenali anaknya dengan baik. Orangtua perlu memahami apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan anaknya. Untuk itu, marilah kita memahami anak remaja, maka kita akan mampu memperlakukan anak dengan benar, khususnya ketika mereka sedang remaja.


Pertama, pada masa remaja, keingintahuan anak sangat tinggi. Anak remaja ingin memperoleh penjelasan yang dapat diterima dengan akal mereka. Oleh karena itu, orangtua perlu memberikan kesempatan kepada remaja untuk bertanya dan juga berdiskusi mengenai berbagai hal yang baru dilihat, dipikirkan dan dirasakan oleh remaja.  Melalui dialog dengan orangtua, remaja akan menemukan jawaban demi jawaban dan hal ini juga membuat anak merasa diterima serta dihargai di rumah sendiri. Apabila orangtua tidak menyediakan ruang untuk berdiskusi dengan remaja, maka mereka akan memuaskan rasa ingin tahu mereka dengan mengakses informasi dari berbagai sumber yang beraneka ragam, seperti media masa, buku, dunia maya internet, dan pergaulan.

Kedua, remaja memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri. Menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, kualitas positif serta negatif, semua potensi yang dimilikinya dan juga keterbatasannya. Kaum remaja dibanjiri banyak sekali pertanyaan. Siapakah aku? Apakah penampilanku baik-baik saja? Apa yang terjadi dengan tubuhku? Apa yang akan aku lakukan dalam hidupku? Apakah aku akan sukses atau gagal? Apakah orang lainmenyukaiku? Apakah aku normal? Hal ini mempengaruhi jati diri anak remaja. Nah, peran orangtua memegang kunci dan posisi strategis dalam memberitahukan tentang siapa diri anaknya. Komentar yang negatif dan tidak konsisten dari orangtua sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri yang negatif pula pada remaja.
Selain itu, terdapat kecenderungan kuat, bahwa jika anak merasa tidak berharga dan tidak dikasihi di tengah keluarganya, ia akan bertumbuh menjadi remaja yang berpandangan negatif tentang dirinya sendiri. Kehidupan keluarga yang hangat memiliki hubungan langsung dengan kualitas kepribadian remaja, termasuk pandangan anak tentang bagaimana dan siapa dirinya.

Ketiga, pada masa remaja anak mulai belajar membagikan dirinya kepada lebih banyak orang, pergaulannya semakin luas. Nah, di sini orangtua perlu memberi ruang bagi anak untuk memperluas pergaulannya, tetapi juga perlu mengajarkan anak bersikap selektif dan memiliki kriteria yang jelas dalam memilih teman yang benar. Pada masa ini, jika remaja memiliki komunitas yang sehat, maka mereka memiliki peluang untuk menjadi pribadi yang baik, karena pergaulan yang buruk bisa menjerumuskan remaja pada perilaku agresif dan berbahaya. Bahkan hubungan yang baik memberi dampak pada kesehatan mental anak, pembentukan karakter, sosialisasi, bahkan landasan hubungan dalam pernikahan kelak. Oleh karena itu alangkah baiknya orangtua memotivasi anak remaja untuk mengikuti aktivitas yang membangun, seperti melayani di persekutuan remaja, klub olahraga, klub sanggar dan sebagainya.

Nah, satu lagi yang penting adalah pergolakan pada usia remaja bukan semata-mata disebabkan oleh sikap dan tindakan para remaja, tapi seringkali juga oleh pikiran, keinginan, sikap dan tindakan orangtua. Reaksi negatif orangtua terhadap remaja biasanya disebabkan karena orangtua tidak memahami fase remaja ini.
Kita yang berkesempatan menjadi orangtua mendapatkan mandat mulia dari Tuhan untuk mendidik anak kita. Seperti yang tertulis dalam Amsal 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

Tugas orangtua adalah mendidik, tetapi kenalilah anak agar dapat mendidik dengan pas. Oleh sebab itu, orangtua juga hendaknya tidak pernah berhenti belajar. Bacalah buku-buku parenting, ikutilah seminar dan workshop yang memperlengkapi orangtua !!

(Sumber : Memahami Remaja & Pergumulannya - Paul Gunadi)

No comments:

Post a Comment