Pada umumnya, ibu memiliki porsi pengasuhan lebih besar
terhadap anak dibandingkan ayah. Namun, bagi yang memiliki anak laki-laki, coba
biarkan ayah menambah porsi dalam mengasuh anak laki-laki karena PENGASUHAN
AYAH MEMILIKI PENGARUH BESAR DARIPADA IBU DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK
LAKI-LAKI.
Para
ayah perlu berinteraksi dengan anak-anaknya sedikitnya 2 jam sehari dan 6 jam
saat week end. Dengan bertambahnya usia anak, jumlah waktu bisa saja berkurang.
Namun kebutuhan anak laki-laki untuk berinteraksi dengan ayah, DUA KALI
MELEBIHI kebutuhan anak perempuan.
"Hubungan ayah dan anak
laki-lakinya memiliki pengaruh yang luar biasa dalam hidup seseorang. Bila
hubungan itu sehat, pengaruhnya akan sangat positif pada si anak," kata
Melanie Mallers, peneliti dari California State University, AS.
Tim peneliti juga menemukan
bahwa pria yang memiliki hubungan kurang hangat dengan ayahnya cenderung lebih
sulit dalam menghadapi stress sehari-hari. Mereka juga relatif lebih mudah
tertekan, mudah marah, dan gampang sakit akibat stress yang mereka hadapi.
Lantas,
jika demikian pentingnya, apa yang dibutuhkan anak laki-laki dari sosok ayah?
PROSES
IDENTIFIKASI
Anak laki-laki
perlu menyerap sifat kelaki-lakian dari ayahnya. Proses identifikasi adalah proses memasukkan sifat-sifat, perilaku, pola tingkah
laku, pola pikir atau pengungkapan emosi dari ayah atau orang tua ke dalam diri
anak laki-laki.
Ayah perlu
menyadari betapa pentingnya kehadiran ayah di dalam diri anak laki-laki, karena
apa yang dikatakan, apa yang dikemukakan dan tingkah laku ayah akan DISERAP
oleh anak laki-laki. Nah, kalau ayah jarang di rumah atau kalaupun di rumah
ayah jarang dilihat oleh anak dan jarang sekali bergaul dengan anak (misalnya
saat ayah pulang kantor terus makan, mandi atau terus diam di kamar, nonton
televisi, atau ke meja komputer atau memegang gadget), maka ia menjadi ayah
yang tidak dilihat oleh anak laki-lakinya. Maka otomatis yang anak lihat adalah
orang lain, dalam hal ini bisa jadi malahan sifat ibunya yang akan dia lihat.
Jadi sifat-sifat feminin sang ibu yang akhirnya lebih menyerap dalam diri
anak laki-laki atau saat dia
menginjak usia yang lebih besar, dia akan menyerap sifat-sifat yang dia lihat
dari orang lain.
Pria dan wanita
berbeda!! Mereka berpakaian berbeda. Mereka memiliki penampilan dan suara yang
berbeda. Mereka juga menanggapi kehidupan dengan cara yang berbeda. Anak
laki-laki yang tumbuh dengan ayahnya akan mengenal dan memiliki sisi
maskulinitas. Ayah yang baik dapat menjadi panutan positif bagi anak laki-laki
dan membantu mereka untuk menyerap identitas gender yang sehat serta kesadaran
yang lebih baik atas perasaan dan emosi mereka.
Biasanya anak
laki-laki pada usia 0 hingga 7 tahun cenderung dekat dengan ibunya. Tetapi
menginjak usia Pra Remaja anak laki-laki lebih bisa dekat dengan ayahnya. Nah,
di sinilah ayah bisa berperan sangat besar.
Dalam
hal ini, pakar pengasuhan anak mengingatkan
kepada para ibu agar tidak posesif terhadap anak laki-laki dan
membiarkan ayah menjadi sosok figur yang kuat di hadapan anak laki-laki.
HADIR DAN TERLIBAT DALAM KEHIDUPAN SANG ANAK
Pada masa yang lebih kecil, ayah bisa bermain dengan anak.
Anak sangat senang bermain dengan ayahnya. Saat bermain bersama, anak bisa
melihat kejujuran ayahnya, apakah ayahnya sportif atau tidak. Sifat-sifat
seperti itu yang akan dia contoh dan terapkan waktu bermain dengan anak-anak
lain dan menjadi bekal yang dia bawa bilamana nanti dia terjun ke masyarakat. Permainan
fisik, seperti bergulat antara ayah dan anak laki-lakinya akan membantu anak
laki-laki mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi dan perilaku, serta
mengenali dorongan emosi orang lain.
RAJIN BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK
Hal-hal kecil seperti pertanyaan, “Bagaimana hari ini,
sekolahmu bagaimana, apa yang terjadi?” akan membuat anak merasa diperhatikan.
Berikan waktu untuk berbincang-bincang, terutama seorang ayah dengan anak
laki-lakinya, ajaklah anak bercakap-cakap dan waktu menginjak usia remaja bisa
memunculkan percakapan mengenai hubungan dengan teman wanita.
Sesuai dengan perkembangan usia anak, ada beberapa hal yang
secara TERENCANA perlu ayah ajarkan kepada anak laki-laki untuk membentuknya menjadi pria dewasa :
1. Mengajar anak mengambil keputusan.
Seorang pria sebaiknya menjadi orang yang mengambil inisiatif. Jangan
sampai ia menjadi pria yang pasif, yang hanya menantikan orang mengambil
keputusan bagi dirinya. Doronglah anak untuk
mulai mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
Di sini, penting bagi ayah untuk tidak mempermalukan atau
melecehkan si anak sewaktu ia tidak bisa mengambil keputusan. Hindari celaan dan teguran, “Kenapa kamu
begini, seharusnya ‘kan begitu, kamu seharusnya sudah pikirkan itu!”. Banyak
anak-anak yang takut mengambil inisiatif karena takut salah dan takut dihukum
karena kesalahannya. Adakalanya ayah perlu
membiarkan anak mengambil keputusan yang memang terasa kurang pas, tetapi
selama tidak berkaitan dengan dosa dan tidak membahayakan jiwanya, maka
sekali-kali ijinkahlah tetapi tetap di dalam pengawasan orangtua. Dengan cara ini maka dia akan belajar lebih berani
mengambil inisiatif dalam sebuah keputusan, dan tidak tergantung terus dengan
keputusan orang tuanya. Jika anak selalu berkata, “terserah Papa”,
maka tanpa disadari malah melumpuhkan daya keberaniannya untuk mengambil
keputusan, dan akhirnya dia tidak bertumbuh menjadi anak yang berinisiatif,
tetapi menjadi anak yang pasif.
2. Ada anak laki-laki yang sering kali
mencoba bereksperimen, dalam hal ini dukungan orang tua khususnya ayah sangat
diperlukan.
Keberanian mengambil resiko adalah sifat pria yang baik dan yang
dihormati. Anak laki-laki perlu mendapat dorongan dari
ayahnya untuk berani mengambil resiko dan
mencoba, supaya dia tidak takut pada kegagalan. Sang ayah bisa
mendorong anak, “Tidak apa-apa, kenapa tidak dicoba?” Silakan coba.” Waktu anak mengambil resiko melakukan sesuatu, sang
ayah harus hati-hati : jangan terlalu cepat mengevaluasi, mengkritik, mencela
atau menjatuhkan anak.
Ayah perlu
mengajarkan anak untuk menimbang-nimbagn resiko yang bisa dihadapi oleh si
anak, tapi jangan sampai kita menghalangi si anak
Nah, biasanya
melalui pengalaman-pengalaman itu, emosi anak itu tumbuh, baik dalam rasa
senang, susah, marah dan sebagainya. Dengan demikian kita bisa mengarahkan
supaya nanti dia bisa menjadi pria dewasa yang bisa mengelola emosinya.
Bukankah Salah satu kualitas pria yang dihargai oleh lingkungan
adalah stabil, kestabilan emosi adalah suatu ciri pria yang baik.
3. Dalam menghadapi tugas, seorang anak
laki-laki menjadi orang yang sigap.
Seorang pria, dalam
melaksanakan tugasnya diharapkan bersifat sigap, bukan malas-malasan dan
lamban, ini hal yang harus ditanamkan kepada anak.
Seorang anak laki-laki harus diberi tugas tanggungjawab, misalnya
meletakkan sepatu di rak sepatu, membereskan piring setelah selesai makan. Jangan
gara-gar punya pembantu kita tidak memintanya melakukan tanggung jawab. Ini adalah
bagian dalam mendidik anak kita.
Yang sulit disini adalah memberi teladan pada anak, anak ingin lihat
perbuatan daripada perkataan.
4. Anak laki-laki harus dipersiapkan untuk bersosialisasi.
Dalam
hubungannya dengan wanita :
Anak
laki-laki belajar memperlakukan perempuan dengan mengamati ayah. Seorang ayah
yang menghormati dan memperlakukan istri dengan baik, akan ditiru anak
laki-lakinya. Begitu pula bila ayah memperlakukan istri dengan kasar dan sering
mencaci, anak laki-laki akan memperlakukan perempuan dengan cara yang sama.
KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dapat dicegah dengan cara mendidik anak
laki-laki di dalam keluarga di mana ayah dan ibunya saling menghormati,
mencintai dan mendukung.
Ayah juga harus
mengajarkan kepada anak laki-laki untuk melindungi wanita. Jadi ajarkan anak
laki-laki untuk mempunyai sikap atau persepsi yang tepat terhadap wanita, yaitu
melindunginya bukan memanfaatkannya.
Seorang ayah perlu mengajarkan, tugasnya-lah melindungi wanita dari
serangan orang, dari ancaman orang, dari eksploitasi orang, dari pemanfaatan
orang lain, dan terutama jangan sampai dia menjadi seorang pria yang
memanfaatkan wanita.
Dalam hubungan dengan pria lain :
Sang ayah harus mengajarkan bahwa dia SETARA dengan pria lainnya.
Anak laki-laki yang menganggap dirinya hebat dan superior atau paling kuat biasanya akan mempunyai masalah
dengan teman-temannya, dia akan menjadi sombong dan meremehkan orang
lain. Jadi, dia harus belajar merendahkan diri dan
tidak sombong.
Namun sebaliknya, apabila anak laki-laki
yang merasa “tidak bisa apa-apa”, merasa teman-temannya lebih hebat dari dia, bisa
jadi dia akan menjadi anak rendah diri dan minder. Di sinilah sang ayah berperan dalam membangun
kepercayaan diri anak.
Jangan pernah
menghina anak laki-laki, karena dia peka akan penghinaan!
Perlu
ayah ketahui bahwa di sepanjang hidupnya, anak laki-laki SANGAT menginginkan
ayahnya mengucapkan kalimat, “Ayah bangga padamu !”
(Salah satu sumber : Membentuk Anak Lelaki menjadi Pria Dewasa)
No comments:
Post a Comment