Lain
lubuk lain belalang. Lain anak lain gaya belajarnya. Supaya tidak salah gaya,
yuk cari tahu apa gaya belajar yang cocok dengan anak-anak kita. Ini
contekannya!
Sama halnya
dengan keunikan tiap individu, masing-masing anak ternyata punya gaya belajar tersendiri. Meski bersekolah di sekolah yang sama, duduk di kelas yang sama, gaya belajar tiap anak ternyata tidak sama. Perbedaan itu bahkan ada pada anak-anak dari satu keluarga. Seperti kakak,
adik bahkan saudara kembar
sekalipun.
Saat mengikuti pelajaran di kelas, ada murid yang begitu tekun menyimak meski sang guru menyampaikan materi pelajaran seperti orang berceramah berjam-jam. Ada yang terkesan hanya memerhatikan sepintas lalu, meski sebetulnya mereka membuat catatan-catatan kecil di bukunya. Namun banyak juga anak yang merasa bosan.
Ada anak yang
lebih mudah menangkap isi pelajaran jika disertai praktik. Anak semacam ini lebih suka berkutat di
laboratorium ketimbang mendengar penjelasan guru. Sedangkan anak lain, mungkin lebih tertarik
mengikuti pelajaran yang disertai berbagai aspek
gerak. Contoh, guru
yang menerangkan materi pelajaran kesenian sambil sesekali diselingi nyanyian
dan tepuk tangan.
Ada juga anak yang harus bersemedi dan menutup pintu kamar rapat agar bisa konsen belajar. Sebaliknya, cukup banyak juga anak yang mengaku justru terbuka
pikirannya bila belajar sambil mendengarkan musik.
Nah, sudahkah orangtua mengenali gaya belajar anak? Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan memakai cara belajar mereka masing-masing.
From Visual to Kinestetik
Menurut DePorter dan Hernacki (2002), anak belajar dengan menyerap, mengatur, dan mengolah
informasi. Berdasarkan
ini, ada tiga jenis
gaya belajar yang digunakan seseorang dalam memproses informasi, yaitu visual, auditory, dan kinestesis.
Gaya VISUAL
Anak lebih gampang menangkap pelajaran lewat hal-hal yang dilihat. Bagi anak bergaya belajar
visual, melihat sesuatu adalah kebutuhan yang tinggi agar bisa memahaminya.
Karakteristik:
1.
Mengingat yang dilihat ketimbang yang didengar.
2.
Cenderung melihat sikap, gerakan
dan ekspresi guru yang sedang mengajar.
3.
Saat mendapat petunjuk untuk
melakukan sesuatu, biasanya anak akan melihat teman-temannya lebih dulu, baru kemudian mengerjakannya.
4.
Lebih suka membaca daripada
dibacakan.
5.
Mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar, grafik, dsb.
6.
Lebih suka peragaan ketimbang penjelasan lisan.
7.
Biasanya kurang mampu mengingat
informasi lisan.
8.
Anak senang mencatat
sedetail-detailnya.
Strategi:
-
Gunakan materi visual seperti gambar-gambar/ilustrasi,
diagram, poster, slide, peta, kartu bergambar/flashcard, alat peraga.
-
Gunakan multi media
(contohnya: komputer, film, video) atau menggambar di papan tulis.
-
Sediakan pensil berwarna dan
lembaran kertas untuk membuat gambar & tulisan.
-
Gunakan warna untuk meng-highlight hal-hal penting.
-
Ajak anak untuk membuat coretan
atau mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
-
Ajak mereka ke obyek-obyek yang
berkaitan dengan pelajaran tersebut.
GAYA AUDITORI
Anak belajar dengan mengandalkan pendengaran agar bisa memahami sekaligus
mengingatnya. Mereka belajar
50% dari apa yang didengar dan 50% dari apa yang mereka bicarakan. Mereka harus berbicara supaya bisa mengingat, senang memberitahu
segala sesuatu dengan detail dan lengkap, senang bicara.
Karakteristik:
1.
Senang mendengar yang guru katakan.
2.
Belajar dari apa yang didengar dan mengingat ketimbang yang dilihat.
3.
Senang membaca dengan keras.
4.
Mengucapkan
tulisan di buku ketika membaca.
5.
Lebih pandai mengeja ketimbang
menuliskannya.
6.
Bisa mengulangi kembali dan menirukan nada,
berirama dan warna suara.
7.
Mengenal banyak sekali lagu atau
iklan TV, bahkan bisa menirukannya secara tepat dan komplet.
8.
Mencerna makna yang disampaikan lewat tone suara, pitch (tinggi rendahnya).
9.
Cenderung senang bicara atau
banyak omong.
10.
Saat belajar, senang bicara pada diri sendiri.
Strategi:
- Ajak anak untuk ikut
berpartisipasi dalam diskusi atau debat di dalam kelas maupun keluarga.
-
Dorong anak untuk membaca materi
pelajaran dengan keras.
-
Bimbing mereka untuk mendendangkan
apa yang harus dipelajari; bisa dibuat
sajak, lagu atau sejenisnya.
-
Review pelajaran dengan pertanyaan
oral, wawancara, laporan oral, role play,
pidato, dll.
-
Biarkan anak merekam materi
pelajaran ke dalam kaset
dan dorong dia untuk mendengarnya sebelum tidur.
-
Bisa membantu membacakan
informasi, lalu meringkas
dalam bentuk lisan, direkam, untuk selanjutnya diperdengarkan.
GAYA KINESTETIK
Anak dengan gaya kinestetik belajar
melalui bergerak, menyentuh,
dan melakukan sesuatu. Anak seperti ini punya keinginan beraktivitas dan
eksplorasi yang sangat kuat.
Karakteristik:
1.
Suka menyentuh segala sesuatu
yang dijumpainya, termasuk saat belajar.
2.
Punya tangan yang selalu sibuk
dan aktif.
3.
Suka belajar dengan menggunakan
tangan dan ketrampilan tangan.
4.
Belajar lewat memanipulasi dan praktik.
7.
Punya koordinasi
tubuh yang baik.
8.
Suka memakai objek nyata sebagai alat bantu
belajar.
9.
Menyukai praktik/percobaan.
10. Menyukai permainan dan aktivitas fisik.
11. Sulit untuk bisa duduk diam dalam waktu lama.
Strategi:
-
Sediakan benda-benda untuk disentuh yang
berkaitan dengan apa yang kita ajarkan, misal:
permainan jari, flip chart,
peragaan, puzzle, patung, buku pop up, model, dll.
-
Sediakan alat-alat yang bisa
memfasilitasi dan meningkatkan belajarnya, tapi jelaskan agar jangan disalahgunakan.
-
Berikan ia benda-benda untuk
diperbaiki, lepas-lepas dan dipasang kembali.
-
Ajar dia keterampilan seperti mencatat,
membuat kartu catatan atau mewarnai apa yang harus dihafal sewaktu mereka
mendengarkan. Ijinkan dia
menciptakan sistem belajar
taktis mereka sendiri.
-
Jangan paksakan anak untuk
belajar sampai berjam-jam, dorong mereka untuk beristirahat saat belajar sesuatu.
-
Ajak anak untuk belajar sambil
mengeksplorasi lingkungannya. Contoh, ajak dia baca
sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru.
Sebagai orangtua hindari sikap memaksa gaya belajar kita pada anak. Misalnya,
orangtua auditori cenderung memaksa anak belajar secara auditori pula.
Akibatnya, saat orangtua bicara, info tidak bisa dicerna anak. Pemaksaan ini
bakal membikin anak merasa tidak nyaman dan tidak maksimal.
Jangan pula berasumsi kalau anak akan punya gaya belajar yang sama
seumur hidupnya. Ada anak yang
berubah sejalan dengan perkembangannya. Yang penting, beri anak kesempatan untuk mencoba gaya belajar
lainnya. Ingatlah, semua anak mampu belajar! Dengan paham gaya belajar anak akan
membantu orangtua dan pendidik untuk fokus pada kekuatan anak sekaligus
membangun kepercayaan diri anak agar menjadi pelajar yang sukses seumur hidup!
No comments:
Post a Comment