Sunday, March 20, 2016

Mengatasi Stress pada Anak


Stres adalah ketika seseorang merasa tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan besar yang dibebankan pada dirinya, oleh orang lain, lingkungan ataupun diri sendiri.
Nah, di dalam kehidupan sehari-hari,  apabila ada kondisi yang tidak diharapkan terjadi, maka seseorang akan segera berusaha mengatasinya untuk mencapai keadaan seimbang. Bila usaha tersebut gagal, ia akan mengalami tekanan.
Kemudian, jika tekanan itu berubah menjadi penderitaan dan putus asa, maka timbulah masalah dalam kesehatan dan tingkah laku, yang berbeda dari perilaku “normal” sebelumnya. 

Banyak orangtua tidak menyadari bahwa anaknya stres.  Sesungguhnya, semua anak pernah memperlihatkan tanda stres. Tetapi jika orangtua melihat perubahan perilaku selama lebih dari dua minggu, orangtua perlu waspada. Jangan menunggu sampai stres pada anak kita berkembang menjadi depresi. Apabila tidak diatasi dengan baik akan berdampak pada perkembangan selanjutnya.
Apalagi jika seorang anak mengalami sakit dalam waktu lama dan setelah dikonsultasikan ke dokter tidak ditemukan penyebab pastinya, maka ada kemungkinan pernyakit tersebut bukan disebabkan virus, bakteri atau kerusakan pada tubuh melainkan disebabkan pikiran anak yang sedang stres.

Apabila anak kita mengalami stress, bagaimana cara mengatasinya?
Hal ini sebagian besar bergantung pada apakah kita dapat menentukan apa yang menjadi sumbernya. Jika sudah diketahui sumber dari stres itu, maka kita akan dapat langsung menangani masalahnya. Tetapi, jika sumber tekanan itu masih tersembunyi atau belum jelas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk membantu anak mengatasi stress. Antara lain :


§  Orangtua tetap tenang. Jika orangtua panik, maka tingkat stres yang dialami anak akan meningkat.
§  Buka komunikasi. Anak yang sedang stres mungkin tidak akan mencari orangtuanya, jadi dekati dia dan ajak bicara.
§  Mengajak anak agar membicarakan hal yang menganggunya. Karena salah satu cara mengatasi stres yang paling buruk adalah : menyembunyikan dan memendam di dalam hati. Ciptakan kesempatan untuk membantu anak untuk mengungkapkan perasaannya, seperti kesedihannya, kekecewaan, kegelisahan atau ketakutannya.
§  Jangan menganggap remeh perasaan anak kita. Kita perlu belajar mendengarkan apa pun keluhan mereka . Umumnya anak akan makin tertekan jika anak merasa tidak dimengerti oleh orangtuanya atau diabaikan.
§  Bantu anak mengenali tanda stres. Tunjukan gejala-gejala stres, agar anak tahu kapan mulai merasa tegang, sehingga dia dapat memberitahu kita. Dengan demikian kita bisa membantunya mengurangi stres.
§  Bersama anak, gambarkan dengan jelas cara penyelesaian yang mungkin dilakukan. Tolonglah anak itu untuk mengenali tindakan- tindakan tertentu yang dapat dilakukannya untuk mengatasi keadaaan yang menekan. Misalnya, masalahnya adalah pelajaran sekolah yang tertinggal, bicarakanlah bagaimana caranya agar anak dapat mengatur jadwal waktunya dengan lebih baik lagi, memperbaiki kebiasaan belajarnya, mencari bantuan baik dari orangtua maupun dari para guru.
§  Temukan dalam firman Allah apa jawaban atau tanggapan terhadap suatu masalah. Berdoalah bersama anak agar menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan, agar dapat menerima damai dan ketenangan.
§  Usahakanlah menyediakan waktu untuk saat teduh yang teratur di rumah dan pada waktu itu radio dan televisi harus dimatikan, dan juga telepon tidak mengganggu.
§  Temukan yang membuat rileks. Setiap anak berbeda, jadi cari apa yang dapat membantu anak kita menjadi rileks dan ajak dia menggunakannya. Sebagai contoh, beberapa anak dapat membuat gambar atau menuliskan tentang stres, atau menulis buku harian. Atau sediakan tempat yang nyaman dalam rumah di mana anak dapat menenangkan diri. Dalam sebuah survei terhadap hampir sembilan ratus anak praremaja, mereka mengatakan bahwa pereda stres yang baik adalah melakukan suatu kegiatan, mendengarkan musik, olahraga, mengobrol dengan teman atau mengobrol dengan orangtua.
§  Cukup tidur. Tugas bertumpuk dan jadwal yang padat dapat mengganggu pola tidur anak. Tanpa tidur malam yang cukup, dapat meningkatkan stres.
§  Evaluasi jadwal anak sehari-hari dalam satu minggu, sekolah, di rumah dan semua kegiatan tambahannya. Seberapa banyak waktu luang yang tersedia untuk anak. Jika perlu, kurangi kegiatan anak.
§  Batasi jumlah waktu menonton televisi untuk anak. Terlalu banyak menonton televisi dapat mengakibatkan anak mengalami stres karena menanggung beban informasi dan emosi yang berlebihan. Selain itu, salah satu pemicu stres adalah tayangan berita kejadian penuh tekanan dalam dunia nyata (terorisme, perang, penculikan, badai).
§  Jaga rutinitas keluarga. Dengan menjaga rutinitas membantu mengurangi stres karena meningkatkan kepastian bagi anak. Misalnya, waktu makan bersama keluarga, ritual waktu tidur, cerita sebelum tidur, mesbah keluarga.
§  Janganlah memaksa anak untuk mencapai suatu sasaran yang tidak realistik atau memaksakan anak melakukan keinginan orangtua.
§  Sediakanlah dan nikmatilah saat-saat santai bersama-sama dengan anak kita.
§  Sering-seringlah memeluk anak kita. Pelukan dan usapan di punggung dapat membantu mengurangi stres.
§  Banyaklah tertawa bersama-sama. Sudah sejak lama diakui bahwa tertawa mempunyai kekuatan yang dapat menyembuhkan stres, tertawa merupakan penawar stres yang sangat efektif.


Nah, tidak ada seorang pun, termasuk anak-anak, yang dapat sepenuhnya melarikan diri dari masalah kehidupan. Tetapi yang terutama adalah orangtua perlu hadir secara teratur di dalam kehidupan anak dan memberikan suasana berkomunikasi secara terbuka tanpa rasa takut. Jika ini sudah terjalin dengan baik, maka jika anak menghadapi stres yang tidak bisa diatasinya, dengan sendirinya dia akan meminta orangtua untuk membantunya. Jadi, adakalanya dengan diskusi atau komunikasi, kita bisa memperbaiki cara anak memandang dan memperkuat daya juang anak sehingga dia berlatih mengatasi masalahnya sendiri.

(Salah satu sumber : The Big Book of Parenting Solution)

No comments:

Post a Comment